CIKPUAN – Berkebun bukan hanya bisa dilakukan di desa dengan tanah yang luas. Berkebun juga bisa dilakukan di perkotaan. Siti Soraya Cassandra membuktikan bahwa berkebun bisa dilakukan di perkotaan dan tidak harus memiliki lahan yang luas.
Di halaman rumahnya Casasandra memiliki Kebun Kumara yang hadir sebagai wirausaha sosial yang berfokus membangun kesadaran dan mendekatkan masyarakat kota dengan gaya hidup yang lebih selaras dengan alam.
Cassandra mulai tertarik berkebun dan menanam beberapa pohon bahan makanan sendiri di rumahnya pada tahun 2015. Ketertarikannya pun semakin memuncak ketika ia dan keluarga berkunjung ke Bumi Langit yang ada di Jogjakarta.
Setelah banyak belajar di Bumi Langit, Cassandra merasa diingatkan kembali jika kebutuhan manusia yaitu makanan bisa ditanam sendiri di rumah. Hingga akhirnya ia pun membawa gaya hidup sustainable dan berkebun ke daerah urban atau perkotaan.
Menurut Cassandra, dirinya dan keluarga sedang mencari bisnis yang berdampak baik dan bermanfaat baik bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan. Apalagi, Sandra menyampaikan jika dirinya memang menyukai alam dan kegiatan outdoor.
“Saat ke Bumi Langit, saya dan keluarga memang sedang mencari inspirasi bisnis. Karena aku yang saat itu usia 25 tahun mulai berfikir nggak mungkin kerja dari pagi sampai sore lagi, apa lagi sudah punya anak. Dari situ mulai cari bisnis yang juga bermanfaat. Karena suka juga bercocok tanam akhirnya pilih bisnis di bidang ini,” katanya.
Meski bukan dari latar belakang lingkungan, Cassandra yang lama bergerak di bidang psikologi dan edukasi pun banyak belajar mengenai berkebun, khususnya di kota. Sebab ia menyampaikan tempat tinggalnya berada di kota dan bagaimana cara untuk tetap mendapat ruang hijau dengan lahan terbatas serta mendapat bahan pangan yang ditanam sendiri.
“Di rumah memang suka tanam-tanaman hias, menanam beberapa. Lalu belajar lagi tentang kompos akhirnya menanam pohon pisang, karena saat saya belajar banana circle, sampah makanan di taruh di bawah pohon pisang akan menjadi kompos. Namun kalau di kota nanti banyak tikus, jadi di rumah menggunakan sampah daun untuk kompos alami hasil dari daun kering ditaruh di bawah pohon pisang,” katanya.
Setelah tertarik dengan lingkungan, sesuai hobi, dan banyak belajar, Cassandra bersama suami dan keluarganya memutuskan untuk mendirikan Kebun Kumara di tahun 2016. Semua dilakukan sendiri oleh Cassandra dan keluarganya, mulai dari menggunakan dana dari tabungan, merancang bisnis, hingga memperkenalkan Kebun Kumara kebanyak pihak.
“Jadi saat mendirikan bisnis ini pun saya sambil belajar dan running bisnis Kebun Kumara. Banyak belajar dari teman, survei, cari inspirasi, pokoknya dari 0 sampai sudah tujuh tahun ini dikerjakan sendiri” tambahnya.
Dia menyampaikan, bisnis Kebun Kumara ini ia lakukan dengan sungguh-sungguh karena memiliki tujuan untuk membuat ruang hijau di kota lebih banyak termasuk di rumah. Hingga membangun kebiasaan untuk berkebun, kompos, hingga memilah sampah. Sebab, jika melakukan beberapa hal tersebut makan anggota keluarga pun akan hidup lebih sehat, terutama untuk anak-anak.
“Kalau di rumah ada kebun meski tidak besar, anak bisa lebih aktif bermain di rumah, makan sayur lebih sering. karen budaya sehat itu dimulai dari rumah,” ujarnya.
Cassandra menyampaikan jika Kebun Kumara pernah menyewa lahan di daerah Situ Gintung, Ciputat hingga tahun 2020. Setelah itu, Kebun Kumara kini berada di Halaman 7, Pondok Cabe hingga menunggu headquarter yang baru bisa ditempati.
Sejak tahun 2018, Kebun Kumara mulai menawarkan jasa lanskap yang meliputi desain dan konstruksi berbasis prinsip “permakultur” yang mengedepankan keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan.
Di tahun 2019, Kebun Kumara meluncurkan Kompos Kolektif, sebuah tekad untuk berhenti mengirim sampah organik ke TPA yang berkolaborasi dengan Magalarva. Kompos Kolektif merupakan jasa pengangkutan dan pengolahan sampah sisa makanan untuk perumahan di area Jabodetabek.
Mulai tahun 2020, Kebun Kumara membuat dan meluncurkan konten edukasi digital untuk menyebarkan semangat peduli lingkungan dan gaya hidup lestari ke lebih banyak orang.
“Kebun Kumara bukanlah urban farm yang hasil panennya bisa dijual dengan banyak. Melainkan, Kebun Kumara menawarkan jasa seperti edukasi berkebun,pengomposan, permakultur, dan daur ulang plastik yang bisa dilakukan untuk anak-anak dan dewasa,” katanya, dilansir Fimela.
Lalu ada pula Layanan Pembuatan Konten dengan memberikan keahlian dalam alur cerita ide, penulisan naskah, proyekmanajemen, bakat di depan kamera dan produksi & pasca-pekerjaan produksi. Serta Landscaping Service yang merupakan jasa pembuatan kebun mulai dari desain hingga konstruksi bagi masyarakat yang ingin memiliki kebun pangan pribadi di rumah atau pihak manapun.
“Landscaping ini kita bisa bikin hutan kecil di perkotaan dengan pocket forest, bikin kebun di lahan yang terbatas, yang membuat perkotaan pun semakin teduh apalagi di musim kemarau. Ruang hijau di perkotaan ini tidak mustahil, karena prinsipnya berkebun ini harus ada matahari, tanah, dan air,” paparnya.**/ara